[KyungRi’s Diary] Two Years Again

Standar

two years

‘Nyonya Do…’

‘Kenapa kau tidak meluruskan kakimu, hm?’

‘…Hanya tinggal dua tahun lagi..’

&&&

Sudah seminggu sejak tugas Kim seonsaengnim diberikan. Dan selama itu pula, aku dan Kyungsoo telah menghabiskan berjam-jam waktu didepan laptop dengan beberapa buku tebal yang berserakan lainnya. Perkara bahwa ‘tugas Kim seonsaengnim itu dapat membunuhmu’ bukanlah ucapan para mahasiswa senior yang ingin menakut-nakuti semata.

Itu adalah kenyataan. Percaya atau tidak, sekarang aku bisa merasakan tulang punggungku perlahan remuk.

Sehari terasa seminggu dan seminggu terasa sebulan. Ini benar-benar melelahkan. Namun sayangnya, kata melelahkan itu tidak ada di dalam kamus seorang Kyungsoo. Kacamata bulatnya masih bertengger rapi dihidungnya dengan sebuah buku tebal yang masih terbuka dipangkuannya, sementara aku sudah berkali-kali tertidur dalam tumpukan buku dan sesekali pergi ke dapur untuk membuat minuman hangat.

Dia benar-benar hebat.

Terkadang, jika mataku mulai lelah, aku hanya perlu mengangkat pandanganku untuk menatap Kyungsoo. Aku suka dengan penampilannya yang seperti ini. Entah kenapa dia jadi sedikit mirip dengan Daniel Radcliffe yang tampan dalam filmnya, Harry Potter….

Jangan salahkan aku. Salahkan mataku yang lelah menatap layar laptop dan beratus-ratus paragraf tulisan dalam buku. Hingga seorang Kyungsoo bisa terlihat begitu mirip dengan Harry Potter.

 

 

‘Hm.. Mungkin ini yang disebut fatamorgana.

Atau oasis ditengah padang pasir?’

 

 

“Nyonya Do…”

 

 

Aku baru saja memposisikan sikuku pada meja dan mulai memejamkan mata, tiba-tiba Kyungsoo memanggilku dengan suara rendahnya.

Oh ya ampun… Tidak tahukah dia kalau aku baru saja ingin terlelap dalam dunia mimpi?

Aku kembali membuka mataku lalu menatap malas kearah Kyungsoo. Dia ada didepanku, kami duduk dilantai yang hanya beralas karpet dan dengan meja persegi yang khusus didesign oleh Kyungsoo agar kami dapat belajar bersama.

Iya belajar bersama, tapi nyatanya aku selalu mengantuk.

 

 

“Aku butuh kehangatan.”

 

 

Setengah kelopak mataku yang nyaris tertutup segera terbuka dengan satu kalimat aneh yang Kyungsoo lontarkan. Bukan kalimatnya yang aneh, tapi cara dia mengucapkan itu yang membuat kalimatnya terasa aneh. Dia berbicara seperti itu sementara ekspresinya—yang serius menatap laptop dan buku dipangkuannya—tidak menunjukkan kalau ia benar-benar membutuhkannya.

Bukan bukan, maksudku… Oke, kita masih terikat dalam perjanjian dan Kyungsoo belum sama sekali ‘menyentuhku’. Aku memang sudah terbiasa mendengar Kyungsoo mengucapkan kalimat bodoh seperti tadi dan itu tidak berarti sung-gu-han. Biasanya, jika ia berbicara seperti itu, berarti ia sedang memintaku untuk dibuatkan minuman hangat atau diambilkan selimut dan kaus kaki. Hanya sebatas itu.

Oke oke, dia memang pernah memintaku untuk memeluknya sekali… Iya, sekali.

Oh oke, beberapa kali.

Dengan nada yang dingin seperti ini justru membuatku takut. Apalagi dengan cara dia memanggilku tadi, apa? Nyonya Do? Oh ya Tuhan… Itu terdengar menggelikan! Dan kenapa ia menggunakan suara terendahnya seperti itu sementara biasanya ia datang kepadaku dengan berteriak, entah dia datang sambil berlari-lari,

‘Naeri ya! Aku butuh kehangatan!’

Atau dengan nada aneh yang dibuat-buat,

‘Hwang Naeri~ Aku butuh kehangatan!’

Atau jika ia sedang menonton, ia akan berbicara pada remote TV ditangannya—seolah itu adalah handy-talky.

‘Naeri naeri naeri! Aku butuh kehangatan!’

Berbeda sekali bukan? Sekarang aku tidak tahu apakah dia sudah mulai gila karena seluruh tugas yang Kim seonsaengnim berikan atau ia memang sedang malas untuk bercanda.

 

 

“Kau ingin aku buatkan apa? Teh, susu, kopi—‘

“Tidak.”

 

 

Aku meneguk air liurku saat Kyungsoo tiba-tiba memotong ucapanku. Ia menutup buku dan laptopnya, serta melepas kacamata bulatnya. Ini pertama kalinya ia menutup kedua benda itu sejak satu minggu lamanya. Setelah merenggangkan otot-otot tangannya sesaat, ia lalu melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap lurus padaku.

 

“S-selimut? Kaus kaki?” Tanyaku lagi. Suaraku pasti terdengar bergetar. Semoga dia tidak menyadarinya.

“Naiklah.”

 

Tanpa menjawab pertanyaanku, dia hanya memberi perintah sambil menggerakkan kepalanya, mengarahkanku untuk naik keatas ranjang. Aku kembali meneguk air liurku dengan susah payah. Khayalan liarku mulai bermunculan tak terkendali. Mempengaruhi pemikiranku tentang apa yang akan Kyungsoo lakukan jika aku benar-benar naik keatas ranjang.

Kurasa pikiranku mulai terganggu, hingga menganggap Kyungsoo mengambil ‘peruntungan’ disaat-saat kritis seperti ini. Gila.

Namun melihatnya dengan dua tangan yang terlipat didepan dada dan tatapan seriusnya kali ini, jujur saja membuatku agak takut untuk menghindar. Ia agak aneh dengan sikapnya yang seperti itu. Apakah semua suami bersikap seperti ini?

Jika Kyungsoo benar-benar ingin mematahkan janjinya malam ini juga, dan hal itu terjadi disaat-saat ‘kritis’ seperti ini, maka bukan pikiranku yang terganggu.

Melainkan Kyungsoo.

 

Aku mulai bangkit dan berjalan menuju ranjang dengan ragu. Sesekali aku melirik, mengawasi gerak-gerik Kyungsoo kalau saja dia tiba-tiba menyergapku dari belakang. Namun laki-laki itu masih tetap diam dalam posisinya.

Aku menatap seprai ranjang dengan gelisah.

 

‘Ya Tuhan… Inikah akhir dari kisah remajaku? Aku belum ingin menggantinya menjadi kisah dewasa!’

‘Tunggu, kenapa itu jadi terdengar menjijikkan?’

 

“Duduklah.”

 

 

Kyungsoo memerintahkanku untuk duduk diatas ranjang, sementara ia belum bergerak sedikitpun dari tempatnya. Tepat saat aku berhasil mendudukkan diriku, dia langsung bangkit lalu berjalan menuju saklar lampu. Sungguh, gerakannya yang tiba-tiba tadi membuat jantungku nyaris berhenti berdetak.

 

 

“Kenapa kau mematikan lampu?” Tanyaku.

“Aku tidak suka, terlalu terang.”

 

 

Aku meneguk air liurku lagi, rasanya seluruh sistem sarafku tiba-tiba mati rasa. Terpikir olehku untuk melarikan diri dan kembali kerumah orang tuaku dan mengadu atas semua yang Kyungsoo ingin lakukan padaku, namun sekarang, untuk bergerak saja sudah sulit, apalagi untuk melarikan diri.

Tanpa sadar, Kyungsoo tahu-tahu sudah berada tepat disampingku. Dia duduk berhadapan denganku. Walaupun dalam keadaan gelap, aku tahu dia pasti sedang menatapku saat ini.

 

 

“Kenapa kau tidak meluruskan kakimu, hm?”

“M-meluruskan kakiku?”

 

 

Aku tahu ia pasti menyadari kegugupanku sejak tadi. Hingga ia mencoba untuk bersikap setenang mungkin sekarang. Oh jinjja, dia begitu pandai mempersiapkan ini.

Aku mulai meluruskan kakiku yang memang sedari tadi ku tekuk dalam posisi bersimpuh.

Ruangan yang gelap membuat aku sedikit sulit untuk melihat. Aku tidak begitu tahu apa yang sedang Kyungsoo lakukan sekarang. Aku hanya bisa mendengar suara selimut yang bergesek karna adanya pergerakan.

Tidak sampai beberapa detik kemudian, aku bisa merasakan sesuatu memberatkan pahaku. Perlahan aku menggerakkan tanganku dan merabanya. Ini rambut, Kyungsoo…

 

 

‘Jadi… Ini…’

 

 

“Duduklah disini beberapa saat. Aku butuh merilekskan tulang punggungku di ranjang yang empuk. Aku benar-benar lelah. Terakhir kali aku bersandar dikakimu dan itu benar-benar terasa nyaman dan hangat. Jangan salahkan kenapa sekarang aku menyukainya.” Ucap Kyungsoo sambil mengeratkan selimutnya.

 

 

‘Oh Tuhaaan, jadi yang dia maksud kehangatan adalah… ini? Bukan untuk…. Astaga! Pikiranku sendiri yang mulai terganggu! Tidak, tidak. Ini bukan salahku kan? Ini pasti karena tugas sialan itu! Ya! pasti tugas itu yang membuat otakku benar-benar sudah tidak beres! Apakah Kyungsoo menyadari kegugupan bodohku sedari tadi? Bagaimana ini?! Oh semoga saja tidak. Kumohooon… untuk kali ini saja Kyungsoo tidak menyadari tingkah bodohku tadi!’

 

Aku cepat-cepat mengangkat tanganku yang sedari tadi masih memegangi rambut Kyungsoo. Namun, dengan sigap dia menarik tanganku kembali.

 

“Tetaplah disana. Aku suka saat tanganmu bermain-main dirambutku.”

 

“K-kyung—‘

 

 

Kyungsoo menarik tanganku lebih dekat lagi. Ia lalu menuntunnya agar aku mengelus rambutnya, sama seperti saat ia mengelus rambutku ketika aku tertidur.

 

“Nah seperti itu..”

 

Aku bisa merasakan saat Kyungsoo menggerak-gerakkan kepalanya, seolah pahaku adalah bantalan yang empuk.

 

..

Mataku terasa berat dan aku sudah menguap berkali-kali sedari tadi. Ruangan yang gelap dan hening seperti ini sangat mendukung sekali untuk tidur. Lagipula, sepertinya Kyungsoo sudah terlelap. Mungkin beberapa menit akan cukup.

Aku baru saja memejamkan mata saat Kyungsoo tiba-tiba berbicara.

 

 

“Naeri ya, hanya tinggal dua tahun lagi. Kau harus bersabar…”

 

‘Hanya tinggal dua tahun lagi? Dan, apa yang membuat aku harus bersabar? Apa maksudnya?Aku benar-benar mengantuk dan dia mencoba membuatku berpikir sekarang. Tsk.’

 

“Kita hanya perlu menunggu saat itu berakhir, dan kita akan berbahagia.” ucap Kyungsoo lagi. Aku memang tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Kyungsoo, namun mendengar dari hembusan nafasnya aku tahu kalau dia sedang tersenyum saat ini.

 

Aku mengernyit. Memaksa otakku untuk berpikir tentang apa yang terjadi di dua tahun mendatang dan itu adalah hal yang bahagia. Keadaan gelap seperti ini membuat aku sulit berpikir.

Dua tahun lagi? Seingatku dua tahun lagi adalah saat dimana aku dan Kyungsoo menyelesaikan kuliah kami. Dan hari itu juga adalah saat-saat dimana semua perjanjian pasca menikah kami akan dibebaskan.

Dibebaskan? Itu berarti….

 

‘Ya ampun! Dia.. dia menyadarinya! Kyungsoo tahu tentang pikiran bodohku tadi!’

 

Aku berusaha untuk tidak bergerak dan tetap diam. Setidaknya ini satu-satunya cara untuk mengurangi sedikit rasa maluku dengan berpura-pura kalau aku sudah tertidur. Tapi rasanya ini tidak berhasil. Dia pasti bisa merasakan kegugupanku dengan mendengar degup jantungku tadi.

 

 

Cup

 

“Bangunkan aku saat kakimu mulai pegal. Kita bisa bergantian.”

Kyungsoo tiba-tiba mencium keningku, ia lalu kembali menyandarkan kepalanya.

 

 

‘Dia selalu tahu bagaimana membuat jantungku berdetak heboh seperti ini.’

 

 

&&&

*rapihinbajubaru* *tesmicrophone*

Yak yak tes 1 2 3..

Sebelum saya berkoar banyak, saya ingin meminta maaf atas segala kesalahan saya, baik itu dalam komentar atau dalam penulisan saya yg kurang berkenan. taqobalallahu minna wa minkum… ^^

Dan juga saya mohon maaaaaf sekali tiba-tiba menghapus pos sebelumnya dan tidak bertanggung jawab untuk melanjutkannya. Karena tiba-tiba jalan ceritanya jadi absurd dan berbelit-belit-,-” saya sadar banget itu. (<~ gara2 kebanyakan makan ketupat yg daunnya berbelit-belit-,-) Tapi saya usahain buat nyelesein sebaik mungkin dan secepat mungkin. Mungkin.

Ini juga mungkin makin absurd (?) tapi seenggaknya ngga berbelit-belit kayak kemaren. Terinspirasi karena denger si adek ngomong ke mama ‘ma, mau yg anget2’, dan si mama langsung bikinin mi rebus. *Slrupp* Terciptalah ff ini dengan segala imajinasi saya yg kelewatan. Ckck.

Selamat membaca~~! Oh, udah baca ya. Yaudah pasti ngantuk deh, selamat tidur~~! 🙂

19 pemikiran pada “[KyungRi’s Diary] Two Years Again

  1. Hai, sepertinya ini kunjungan pertamaku ke blogmu. Kalau gak salah…. kayaknya bener hehehe. Pertama buka tab yang berisi blogmu langsung ‘Wah Kyungsoo!” Oke, hahaha seneng rasanya menemukan blog yang isi cast-nya Kyungsoo. Akuuu suka pakai banget sama Kyungsoo dann suka sama ff kamu ini. Tau yaa Kyungsoo dan istrinya punya cara sendiri bikin suasana manis. dan paling suka waktu Kyungsoo bilang ‘Nyonya Do’. Hehehe. Ijin baca2 ya. Salam kenal 😀

  2. Unnie, FF nya bner2 SWEET :3
    Btw, bias aku di EXO it bg Dio dan susah bngt sbnrx nyri ff yg castnya dio.Tapi skalinya dapaat….
    Wow emejing beet critanya,eon !!
    Jiah,gak nyangka jalinan crtanya yang sdrhana tpi feel romantisnya dapat bngt mski tnpa adgan yang ‘itu2’ ._.
    Naeri, aku greget sama otak mesum kamu yg muncul tiba2 -_-
    aduh aku suka sama couple ini !!
    Sorry bngt bru smpet ninggalin jejak disini.

    • betul banget, sekali nemu pasti yaoi. aduh, pusing banget aku bacanya-,-”
      wkwkwkwk, naeri lagi mabok sama tugas itu
      makasih youngiee udah mampir dan baca ^^

Beri aku semangat! ^^